Karimun Jawa (Bagian pertama)

Prolog: Menuju Karimunjawa

Awal Agustus 2013. Sejak awal bulan puasa, program liburan lebaran sudah mulai disusun. Cuti bersama 3 hari memberi potensi macet berkepanjangan. So, curi start pulang kampung. Masalah lain muncul, kegiatan apa yang cocok di kampung selama puasa yang masih panjang? Akhirnya hati tertambat pada Karimunjawa. Apa cocok snorkeling di waktu puasa, dan bagaimana jika mabuk perjalanan? Ustad mbah google meyakinkan bahwa selama tidak disengaja, puasa tetap ok. Rasa asin laut? Tidak juga membatalkan puasa selama tidak masuk ke kerongkongan. Jika tidak liburan ini, apa masih ada kesempatan lain ke Karimunjawa? Setelah dilirik waktu yang ada dan juga jarak tempuh yang jauh, ternyata sulit menemukan hari lain. Jadilah berkumandang lagu favorit Fatin “one way or another”: sekarang atau tidak sama sekali.

Masalah lain muncul: cuaca buruk mengakibatkan gelombang laut tinggi. DI awal bulan Juli, ratusan wisatawan terdampar di Karimun Jawa karena Kapal dilarang balik berlayar kembali ke Jawa. Mungkinkah terjebak di Karimun Jawa hingga shoalt Ied? Terima kasih BMKG, websitenya memprediksi kondisi maritim hingga 7 hari ke depan. Jadilah keputusan bulat pertama: yes, Karimunjawa!!!!

Tahap berikutnya adalah perlukah mgengambil paket wisata dari biro travel? Raras yang berumur 7 tahun ternyata kena charge 100%. Dari info blog, paket 3D2N berkisar antara 600 hingga 750 ribu dengan catatan kapal ferry dan menginap di homestay ala kadarnya. Kalau mau kapal express bahari atau chantika dan kamar tipe family ber lima dengan AC, harga pun terdongkrak di atas budget. Paket wisata juga mengharuskan uang muka berjumlah tertentu. Perjalanan Tangerang- Jepara berisiko macet tanpa bisa diprediksi. Bisa-bisa DP hangus. Jadilah keputusan bulat ke-dua: perjalanan ala backpacker!!!

Berita gembira. Seminggu sebelum perjalanan, BMKG memprediksi gelombang rendah pada tanggal 2 Agustus 2013 di kawasan utara Semarang. Sebelum dan sesudah tanggal tersebut gelombang agak tinggi. Kamis 1 Agustus 2013, perjalanan dari Serpong dimulai jam 13.50. Target utama adalah Kapal Express Bahari dari Jepara jam 14.00 hari Jum’at besoknya. Pada awalnya perjalanan lengang. Keluar tol Cikunir, suasana mudik lebaran mulai terasa. Mobil merayap hingga gerbang Bekasi Timur. Sejak itu wus…..kecepatan minimum 80 km/jam. Keluar tol Cikampek hingga simpang Jomin kembali tersendat. Konon katanya, bukan lebaran pun, tempat ini sering macet. Jalan kembali lancar bagaikan jalan tol. Buka puasa di daerah Indramayu dengan ransum yang sudah disiapkan dari Serpong. Perjalanan dilanjutkan dengan lancar sampai di Tegal sekitar jam 21.00. Pencarian dimulai: sate tegal!!! Sayang, pencarian gagal. Sebagai gantinya, mie godhog, lumayan enak. Larut malam dilewati, hingga akhirnya di Pekalongan sekitar jam 1 dini hari. Berhenti sejenak di pom bensin, semua terlelap. Setelah terbangun dan merasa agak segar, perjalanan dilanjutkan hingga sahur di sebuah pom bensin di Kendal. Tanda imsak terdengar, subuh diputuskan di Mesjid Kendal. Ternyata ejaan Masjid Agung Kendal bisa ditulis dengan huruf Arab……

02082013317_comp

Versi arab

Perjalanan dilanjutkan hingga Semarang, terlintas gagasan mengunjungi sejenak Lawang Sewu karena waktu longgar masih tersedia banyak. Namun ide tersebut segera diveto. Perjalanan dilanjutkan. Karena sopir tak kuasa melawan kantuk, mobil APV berhenti di Mesjid Agung Demak. 30 menit kemudian kembali bugar. Namun rasa penasaran membawa ke museum Mesjid Demak yang belum buka. Ternyata di sekitar mesjid terdapat banyak makam dengan nisan yang besar dan panjang. Suasana semakin mistis dengan tingkah laku pengunjung mesjid: ada yang tiduran di sekeliling makam, ada pula yang menyabet-nyabet kopiah ke semua nisan dan juga pohon yang ada, ada pula pedagang yang menawarkan tasbih terbuat dari biji pisang (jenis pisang “midak”). Ternyata jenis tasbih tersebut yang biasa dipakai oleh Sunan Bonang. Apakah memang mistis ataukah kebetulan bernama sama? Setelah sholat Dluha, perjalanan dilanjutkan ke Jepara dan mampir sebentar ke rumah teman di daerah Tahunan.

Rombongan APV memasuki area dermaga Jepara. Tiket masuk parkir 2000 rupiah. Sebenarnya lokasinya di sekitar taman rekreasi, namun karena Jum’at dan puasa, situasi sangat sepi tanpa pengunjung. Antri tiket kapal express bahari tidak terlalu lama. 5 tiket segera di tangan dengan harga @109.000 (untuk kelas VIP @Rp. 129.000). Kapal berangkat jam 14.00 dan satu jam sebelumnya harus sudah berada di tempat.

Ternyata selama lebaran 2013, jam keberangkatan kapal diperbanyak. Seandainya tahu sebelumnya, kami akan mengejar keberangkatan jam 8.00 tadi pagi. Bagi yang mau berwisata di masa lebaran ini bisa dilihat jadwal lengkap dan nomor telpon yang bisa dihubungi di bawah.

02082013318_comp

Jadwal kapal express lebaran 2013

02082013319_comp

Nomor yang suatu saat berguna lagi

Bahkan konon, kapal Muria juga berangkat setiap jam 11 malam dengan butuh waktu pelayaran 6 jam: cocok untuk yang berkantung cekak, karena memungkinkan berwisata tanpa harus menginap. Untuk di luar masa lebaran, jadwal kembali seperti biasa.

Mobil diparkir inap dengan membayar Rp. 50.000. Kelihatannya harga tidak bergantung pada berapa lama menginap. Kami sempat menegaskan mungkin balik ke sini Minggu atau Senin. Dan sang petugas pun menjawab “OK”.

Hari pertama di Karimunjawa

Setelah Jum’at-an di sekitar lokasi, kami bersiap-siap. Di lokasi menunggu terdapat warung Bu Diyah yang dapat numpang ngecharge HP. Jangan kaget, orang bule juga pesan nasi bungkus dengan lauk tempe di sini. Setelah boarding, kapal berangkat beberapa menit lewat jam 14.00. Dengan kecepatan sekitar 40 km/jam (sebagaimana ditunjukkan oleh GPS Nokia C5), kapal melaju dan sampai di dermaga utama Karimunjawa jam 16.00. Sebuah mobil telah menunggu untuk pindah ke dermaga wisata (sewa mobil 30.000 rupiah, namun sudah masuk dalam fasilitas penginapan Wisma Apung). Bu Nurul sebagai pemilik Wisma, sangat wellcome (nomor hp ada foto). Meski kami hanya berhubungan via SMS, semua masalah terpecahkan. Tidak salah kami menginap di Wisma Apung. Perahu mengantar kami di Wisma sekitar 16.30 dan langsung berakitivitas di kolam penangkaran ikan hiu.

P1000454_comp

Nomor hp yang mungkin juga berguna

P1080692_comp

Wisma Apung di sore hari

 

P1000490_comp

Wisma apung di malam hari (sedikit zoom dibanding foto sore)

Hari Jum’at 2 Agustus 2013 Karimunjawa masih sepi pengunjung. Dari duapuluh-an lebih kamar yang tersedia, hanya kami yang menempati malam itu. Wisma seperti layaknya milik kami. Meski sepi, tak ada kesan sama sekali menyeramkan. Mas Ali yang menunggu Wisma sangat ramah menyambut kami. Setelah melihat-lihat kondisi sekitar, berenang dengan hiu menjadi agenda pertama. Meski dipastikan jinak, hiu yang berjumlah sekitar 5 ekor tetap saja menguji adrenalin. Ikan kecil masih hidup yang dicemplungkan ke dalam kolam menjadi rebutan. Hiu banget, gitu loh. Namun, meski ganas sesama ikan kecil lainnya, hiu menunjukkan persahabatan dan rasa hormat terhadap manusia. Wow.. keren kan….

IMG01453-20130802-1713_comp
Bercanda dengan hiu

IMG01449-20130802-1653_comp

Narsis bersama si “Patrick” bintang laut

Di dalam kolam penangkaran juga terdapat jenis ikan lainnya seperti ikan pari, bintang laut, kura-kura dan ikan-ikan kecil lain. Entah marah ataupun sebenarnya senang bercanda, ada ikan kecil yang galak suka menggigit kaki. Biar kecil tapi meningkatkan nyali adrenalin. Maklum, bikin kaget. Yang ada di benak adalah hiu. Tiba-tiba ikan galak tersebut menyerang dan menggigit dari belakang. “Ah, ternyata kamu”. Bisa jadi ikan galak itu juga tertawa terbahak-bahak, “kutipu kau”. Mungkin juga dia merasa terusik dengan kedatangan kaum manusia.

Acara ngabuburit dilanjutkan dengan berenang di sekeliling wisma. Karang-karang di depan wisma terlihat begitu jelas: dangkal, jernih, banyak ikan, aneka bentuk dan warna karang, Pokoke sesuatu banget.

IMG01446-20130802-1645_comp
Pandangan dari teras wisma apung
P1000446_comp
Snorkeling sekitar wisma apung (1)
P1000435_comp
Snorkeling sekitar wisma apung (2)
P1000429_comp
Snorkeling sekitar wisma apung (3)

Menjelang maghrib, kami masih bersantai untuk menikmati sunset. Sayang sebelum ditelan garis horizon, sang surya telah ditelan awan tebal (sebut saja awan comulonimbus, karena hanya jenis awan itu yag kami kenal, he… he… he..) di sisi barat. Bunyi sirine dari masjid di karimun membahana pertanda buka puasa. Puji syukur, hari pertama puasa di Karimunjawa berjalan lancar. Teh manis hangat yang disediakan benar-benar terasa manis. Setelah berkemas, sekitar jam 19.00 kami diantar ke Karimun daratan. Wisma apung memang menyediakan fasilitas perahu untuk menyeberang ke daratan kapan saja.

Oh ya, layaknya di karimunjawa daratan, listrik di Wisma Apung hanya nyala sore hingga pagi. Itupun disuplai dari genset. Jadi sebisa mungkin carilah kamar yang jauh dari ruang genset.

Tak lebih 10 menit, perahu sudah merapat seberang pulau. Agenda berikutnya makan malam. Rasanya sulit sekali menemukan warung makan atau resaturan. Tapi di alun-alun terdapat warung-warung tenda dengan lesehan di emperan ataupun di rumput. Otomaatis menu yang tersedia adalah berbasiskan sea food. Kami pesan ikan dan cumi bakar lumayan besar cukup untuk 5 orang. Setelah dihitung, makan malam hanya menghabiskan Rp. 85.000,- Tersedia juga minuman yang jarang ditemukan di tempat lain: kelapa muda bakar yang dicampur dengan jahe dan madu Rp. 20.000,- Hmmmmm Anget tenan….

klp muda bakar_comp
Kelapa muda bakar

Selesai makan kami berkeliling memuaskan hasrat ingin tahu kondisi karimunjawa. ATM BRI menjadi agen tunggal. Hotel ada beberapa, homestay bertebarab di sana sini. Toko souvenir juga tersedia. Info sewa sewa kapal, snorkeling dan sepeda motor juga dapat diperoleh di sini.

Jam 21.30, perahu telah menunggu untuk balik ke Wisma. Langsung tidur? Tidak lah yauw. Agenda berikutnya adalah mancing. Mas Ali mengajarkan mancing cumi: lempar jauh dan tarik terus. Begini cara melempar umpan: putar-putar pancing dan lempar! (lihat video). Dan hoop….. Binggo….. seekor cumi terbelit di kail. Saat mau dilepas, tinta hitam segera mengucur. Lumayan gede juga. Betapa kayanya lautan karimunjawa. Larut malam berlalu terbuai dalam deburan ombak.

02082013321_comp
Bingo! I got it.

Catatan: Keuntungan menginap di Wisma Apung adalah tidak kehilangan setengah hari pun di hari pertama. Begitu sampai di wisma, kegiatan sudah menunggu: berenang dengan hiu, ikan pari, kura-kura dan menggenggam bintang laut. Karang-karang di sekitar wisma juga menawarkan pemandangan nan indah. Ikan-ikan juga berseliweran dan kadang-kadang melompat berbarengan ke atas permukaan. Menikmati sunset (dan juga sunrise) tinggal melangkah ke halaman belakang (atau ke teras depan). Memancing dapat dilakukan kapan saja: sore, malam, dini hari, pagi bahkan siang bila tidak ada kegiatan. Jika menginap di daratan, hanya sunset yang dapat diraih, itupun harus berjalan terlebih dahulu menuju pantai. Wisma Apung Jaya sangat direkomendasikan. Tidak berlebihan jika dikatakan,”Apabila belum menginap di Wisma Apung, berarti belum ke Karimunjawa”. Tidak bermaksud iklan loh. Tarifnya per kamar non AC isi 2 orang dengan kamar mandi di dalam Rp. 225.000. Bisa extra bed Rp. 50.000. Non AC sudah cukup karena angin dari luar sangat kencang dan nyamuk praktis tidak ada.

Hari ke-dua

Hari ke dua tentu lebih seru dari hari pertama. ……. (bersambung)

Tags: , , ,

About The Banyumasian Backpacker Family

Sutradara: Ari Satmoko, Logistik: Hesti Widyo Asih, Aktor 1: Kamigama Tangi S., Aktor 2: Bonang Respati S., Aktres: Rarastri Nindya S.

2 responses to “Karimun Jawa (Bagian pertama)”

  1. mas pattah says :

    saya kog mrinding baca judul blog ini ” The Banyumasian Backpacker Family Ben secanggih apa baen, kacang ora ninggalna lanjaran ” ditambah foto headernya.. 😀 keeren sumpah… kompak bangets ^_^

    makasih artikelnya pak , salam dari karimunjawa
    oiyya misal butuh info harga paket wisata karimunjawa tengok blog saya ya,, suwun

Leave a comment